Oleh: arenasukijo | Maret 1, 2009

JOKI SUARA BERTEBARAN DI TPS

Ialah N, seorang mahasiswi fakultas Syariah, yang tidak mau disebut identitas aslinya mengaku menjadi salah seorang “joki coblos” di fakultasnya. Ia menuturkan, pada hari pemungutan suara, tiba-tiba ia disodori sebuah Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) oleh seorang perempuan yang notabene aktif di salah satu organisasi. Perempuan tersebut tanpa basa-basi memintanya untuk mencoblos dengan KTM yang tidak ia ketahui identitasnya. N, yang kenal dekat dengan perempuan tersebut tak kuasa menolak permintaan untuk menjadi “joki coblos”, meskipun ia mengaku bukan kader atau simpatisan dari salah satu partai yang diminta untuk dipilih

Ia menambahkan, asal-usul KTM tersebut tidak ia ketahui, walaupun ia sudah menanyakan perihal identitas KTM atas nama D-F, seorang mahasiswi jurusan PMH, syari’ah itu.

N menceritakan, tindakan tersebut ia lakukan atas permintaan dari perempuan yang notabene sangat dikenal baik. Menurut pengakuannya, tak enak jika menolak permintaan tersebut, walaupun ia menyadari tindakan tersebut telah menodai kata hatinya. Ia pun berkelakar, tidak hanya dirinya yang memerankan diri sebagai pelaku joki coblos kartu suara. “Mbak-mbak aktifis yang minta bantuanku, dia malah katanya akan nyoblos untuk ketiga kalinya. Dua kali di Syari’ah, dan akan mencoblos untuk ketiga kalinya di Soshum,” imbuhnya.

N, sesungguhnya amat menyesali tindakannya itu. Namun, ia seolah-olah tak kuasa melawan rasa ke-tak enak-annya pada orang dekatnya tersebut. Jadi, dimanakah kini kekuatan hati nurani.

Bahkan salah satu mahasiswa pendidikan biologi, Y mengatakan, ada mahasiswa yang minta KTM saat pemilwa kemudian lansung dibawa pergi. Ia menambahkan, ada mahasiswa yang masuk dengan KTM yang berbeda. Menurutnya, pada pemilwa sebelumnya hal seperti ini biasa saja dilakukan, bahkan, ada beberapa mahasiswa yang nyoblos dengan KTM berjenis kelamin perempuan, tetapi pada dasarnya pemilih berjenis kelamin laki-laki. Begitu juga sewaktu ia memilih di TPS (Red_Tempat pemungutan suara) fakultas Saintek, dia melihat kalau ada salah seorang mahasiswa yang mengambil kertas suara dalam jumlah dua buah untuk setiap pemilih.

Zikr, Panitia Pemilwa Fakultas (PPF) Saintek mengungkapkan, saat pemilihan di lokasi tersebut memang banyak terjadi kecurangan, misalnya banyak mahasiswa dari fakultas yang berbeda masuk ke TPS Saintek, tetapi yang terdeteksi kurang lebih tiga orang, sehingga mereka disuruh keluar oleh panitia. Ia tidak mengelak kalau sebenarnya banyak mahasiswa melakukan kecurangan yang belum diketahui.

Kesaksian ini di kuatkan dengan pengakuan dari Dina, ketua Badan Eksekutif Mahasiswa jurusan (BEM-J) Keuangan Islam (KUI). “Saya melihat sendiri ada laki-laki dari Partai Keadaulatan Mahasiswa (PKM) mengkoordinir tiga orang temannya satu laki-laki dan dua orang perempuan, lalu saya menghadang salah satu perempuan itu lalu ketahuanlah ternyata dia membawa dua KTM atas nama orang lain, foto dan orangnya beda,” tuturnya

Ketika ditanya apakah ia lapor pada Panwaslu, Dina mengatakan kejadian itu disaksikan banyak orang dia dan sudah ditindak lanjuti. “Aku rasa mereka punya penilaian sendiri setelah kejadian itu,”ujarnya. Namun sayangnya sampai berita ini diturunkan kecurangan kecurangan itu terjadi belum juga ditanggapi serius oleh panitia Pengawas Pemilwa (Panwaslu). [Nadia W]


Tinggalkan komentar

Kategori